Saturday 25 February 2012

Dua Puisi Tentang Kenangan dan Hujan


I.

Semenjak jatuh cinta kepada matamu,
hujan yang selama ini dingin dan kaku
sebenarnya selalu berdoa agar bisa meleleh
menjadi air matamu.

Karena mendengar doa hujan yang tulus itu,
aku namakan saja pagi yang menggigil ini,
bukan dengan nama hari ataupun tanggal,
tapi dengan sebuah kenangan yang mampu
mencairkan dinginnya hujan menjadi
hangat tangismu.

Dengan harapan, setelah menetes dari sudut matamu,
dia mampu menjadi sungai yang mengalir di lembah merah jambu pipimu,
membasahi dataran hijau bibirmu, sambil mengikis lumpur
yang selama ini terendap
di hatimu.

II.

Kopi yang kuminum sore ini sebenarnya adalah kenangan
yang mencair dan menetes ke dalam cangkir.
Pahit dan hitam memang, tapi tetap kutenggak habis hingga tinggal ampas.
Sebelum akhirnya menguap dan menghilang tertiup angin
dalam kepulan asap rokok yang kuhembuskan pelan-pelan.

Karena begitulah kenangan,
Karena begitulah kehidupan,
Sayang.

- Mirza Adrian NP