Di dalam matematika, terdapat sebuah sistem bilangan yang hanya menggunakan angka 0 dan 1. Sistem ini adalah sistem bilangan basis 2 atau lazim dikenal dengan sistem bilangan biner. Dalam bidang informatika, sistem ini digunakan oleh hampir seluruh komputer yang ada di dunia saat ini. Dalam pemrograman, angka 1 dan 0 merepresentasikan pilihan YA atau TIDAK yang memungkinkan sistem untuk menjalankan program. Proses ini disebut logika Boolean, dari penemunya George Boole.
Menariknya, entah disadari atau tidak, sistem biner ala Boole ini merasuki psike massa yang seringkali membuat opsi dari suatu kondisi menjadi biner. Hampir di setiap kejadian, seakan-akan hanya terdapat dua pilihan, antara YA/TIDAK, SUDAH/BELUM, SUKSES/GAGAL, PRO/KONTRA, MENDUKUNG/MENOLAK, dll. Tidak ada pilihan lain selain dua pilihan tersebut -- jika ada pun dianggap menyimpang. Misal, pada Pemilu 2014 lalu, jawaban atas pertanyaan 'Pilih Siapa?' hanya bisa dijawab dengan Jokowi/Prabowo. Jawaban lain seperti tidak memilih atau mendukung kebijakan salah satu calon namun mengkritisi kebijakan lain calon yang sama dianggap jawaban yang aneh.
Dengan melakukan pembineran tersebut, kita telah menafikan kualitas dialektis dunia dan melakukan simplifikasi atas kemungkinan yang bisa dipilih. Padahal, kemungkinan yang dapat kita capai bisa lebih dari sepasang kata yang berlawanan. Namun jika kita melihat melalui simplifikasi biner, kita akan gagal untuk melihat kemungkinan di luar dua opsi yang ditawarkan dan membuat seakan-akan pilihan lain tidak ada. Pembineran realita pada akhirnya akan memiskinkan pengalaman kita akan dunia
Dengan memandang dunia dengan segala kompleksitasnya, kita bisa mendapatkan lebih banyak pembelajaran dari fenomena di sekitar kita. Dengan tidak membatasi pilihan kita menjadi dua, kita bisa membuka kemungkinan lain yang merupakan sintesa dari dua pilihan. Karena realita tidak sesimpel YA atau TIDAK. Toh, refraksi cahaya tidak hanya menghasilkan warna hitam atau putih tapi gradasi warna pelangi.
No comments:
Post a Comment