Thursday, 8 December 2011

Meninjau Kembali Gerakan Kemahasiswaan Kita

Tulisan ini berawal dari keresahan pribadi penulis saat melihat kondisi kemahasiswaan di ITB selama penulis mengikuti organisasi kemahasiswaan di kampus. Keresahan ini akhirnya mendorong penulis untuk menganalisis kondisi-kondisi tersebut dan berusaha untuk mencari penyebab utama dari permasalahan yang dihadapi oleh kemahasiswaan di ITB. Tulisan ini mencoba untuk mencari akar permasalahan dan menawarkan sebuah solusi untuk permasalahan-permasalahan yang kita hadapi sekarang.

Monday, 24 October 2011

Pembebasan Lahan: Sebuah Pengantar

Oleh Mirza Adrian NP
Tulisan ini dimuat di Majalah Cremona Edisi ke 9.

Dalam sebuah proses konstruksi, terutama di daerah dengan lahan yang sudah sangat terbatas, proses pembebasan lahan sudah menjadi kepastian. Namun, pelaksanaan pembebasan lahan tidak selalu berjalan lancar. Dalam beberapa kasus, seperti proyek MRT di jakarta, masalah pembebasan lahan telah memperlambat keberjalanan proyek yang hasilnya sangat dibutuhkan oleh publik. Permasalahan utama dari pembebasan lahan adalah pertukaran kepemilikan lahan dari pemilik lahan kepada pemilik proyek. Penyebabnya adalah permasalahan hukum yang berlaku tentang perpindahan kepemilikan lahan masih belum jelas.

Monday, 17 October 2011

Cara untuk mendapatkan tambahan kenikmatan dari Allah

Surat Muhammad Ibnu Bin Abbad kepada Yahya Al-Sarraj.

 Segala puji bagi Allah semata
Seseorang yang ingin menempuh jalan kebenaran dan selamat dari musuhNya, terbebas dari bisikan-bisikan hawa nafsu yang sempit, dan ingin melapangkan inti wujudnya, mestilah lurus perilaku lahiriah dan batiniahnya kepada Allah dalam segala keadaan. Singkat kata, yang dibutuhkan guna memperoleh tambahan dari Allah adalah rasa syukur. Fondasi rasa syukur adalah mengakui keagungan dan transedensi Tuhannya, dan menyadari kekecilan, kerendahan, kekurangan, dan kelemahannya sendiri. Seseorang yang telah menyadari sepenuhnya kedua dasar ini akan memikirkan kata-kata serta berbagai tindakannya yang, berkat Allah SWT, terjadi dalam dirinya dan juga tahap-tahap yang ditetapkan oleh Allah SWT yang telah membawa dirinya ke tempat dia berada sekarang. Dari sana dia  bergerak maju – berkat kemurahan, rahmat, kemahakuasaan, serta kebaikan yang berlimpah dari Allah kepadanya – menuju ke tahap yang tak terpahami oleh intelegensi dan pemahaman. Dari sana pula, cinta dan kekaguman menggerakkan orang tersebut untuk bersyukur kepada Allah SWT, lantaran dia sepenuhnya menjadi peka pada nikmat Allah SWT dan pada cara dia bertindak yang mesti ditempuhnya di hadapan Allah.

Tuesday, 16 August 2011

Merdeka!?


“Dan kamu akan melihat kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu”
Yohanes 8:32

Kemerdekaan adalah kemampuan untuk menentukan nasib sendiri. Artinya, kita mempunyai kedaulatan (kekuasaan tertinggi atas diri) untuk menentukan pilihan untuk diri kita sendiri, dan karena setiap pilihan mengandung konsekuensi, maka kedaulatan untuk memilih harus diimbangi dengan kemampuan untuk menjalani konsekuensinya. Kemampuan untuk menyadari dan menjalani konsekuensi dari sebuah aksi mempunyai kaitan yang erat dengan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki seseorang. Dengan kemampuan untuk menyadari dan menjalani suatu konsekuensi yang lebih baik, penipuan dan pembodohan tidak mungkin terjadi karena kita mampu untuk mengambil keputusan sadar untuk diri kita sendiri. Oleh karena itu, ilmu dan pengetahuan adalah sebuah alat pembebasan karena kemampuannya untuk meningkatkan kesadaran kita.
Pendidikan, sebagai sebuah proses penyadaran manusia akan kemanusiaannya, pada dasarnya adalah sebuah laku pembebasan manusia dari belenggu  keterbatasan yang dimilikinya. Dalam proses pendidikan, manusia disadarkan akan kemampuannya untuk menyadari dan memecahkan masalah yang dialaminya melalui transfer ilmu yang diberikan dalam proses pendidikan. Pendidikan, menurut Freire, seharusnya mampu membuat pesertanya untuk menyingkap tabir realitas dan membentuk sebuah praksis perubahan atas permasalahan yang sedang dialaminya. Hal ini terjadi dalam sejarah Republik Indonesia saat bangsa ini sedang mencari identitas kebangsaannya. Indonesia sebagai sebuah bangsa mulai terbentuk di awal abad 20 dan terus berkembang hingga mencapai Proklamasi kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945.
Kesadaran akan sebuah identitas kebangsaan lahir dari pendidikan yang diberikan oleh Belanda kepada segelintir orang pada saat itu. Segelintir orang ini mulai melihat adanya perbedaan antara liberalisme yang berkembang di Eropa dan penjajahan yang dilakukan oleh Belanda di Indonesia. Kesadaran akan hal ini memicu kesadaran untuk berhimpun dan terlibat secara politik dalam pelaksanaan pemerintahan Hindia Belanda dan pada akhirnya menuntut kemerdekaan. Dalam proses ini bisa dilihat bahwa pada saat itu permasalahan bangsa ini – penjajahan dan perpecahan – baru terlihat sejak masyarakat mulai menyadari akan permasalahan itu sendiri sehingga solusi dari permasalahan ini bisa dibentuk melalui perjuangan kemerdekaan yang dilakukan berdasarkan persatuan kebangsaan hingga menghasilkan kemerdekaan Indonesia di tahun 1945. Tanpa persatuan kebangsaan ini, mustahil Indonesia merdeka sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita kenal sekarang. Pendidikan yang dilakukan pada saat itu mampu membuat pesertanya untuk menyingkap tabir realitas dan membentuk sebuah praksis perubahan atas permasalahan yang sedang dialaminya.
Setelah Indonesia merdeka, Soekarno pernah berkata bahwa revolusi bangsa ini belum selesai, perjuangan akan terus berjalan, karena memerdekakan Indonesia hanyalah sebagian dari perjuangan. Revolusi sebagai manifestasi dari dialektika kondisi memang tidak akan pernah selesai karena revolusi selalu menuntut pembaharuan ke arah yang lebih baik dari kondisi zaman yang dinamis. Artinya, setiap masalah tercipta oleh kondisi di zamannya dan menuntut penyelesaian yang unik pada zamannya. Semua masalah yang ada saat ini menuntut solusi agar terselesaikan dan sebelum kita dapat membentuk sebuah praksis perubahan, kita harus tahu masalah yang kita hadapi saat ini. Oleh karena itu, pendidikan yang kita jalani sekarang seharusnya mampu untuk menberikan kita kemampuan untuk menyadari dan menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh bangsa ini sekarang. Penyelesaian masalah bangsa adalah sebuah bentuk pertanggungjawaban kita atas kemerdekaan yang kita miliki sekarang.

Sunday, 7 August 2011

Mengenai Pelestarian Budaya Indonesia

Budaya adalah sebuah proses pemaknaan dunia yang dilakukan oleh manusia. Artinya, kegiatan berbudaya adalah sebuah kegiatan manusia dalam menciptakan makna yang merujuk pada realitas yang lain daripada pengalaman sehari-hari. Manusia melakukan ini melalui proses kognitif untuk memproduksi dan mengkonsumsi simbol. Sehingga, dapat dikatakan bahwa, dasar dari budaya adalah proses produksi dan konsumsi simbol oleh masyarakat tersebut. Bentuk-bentuk simbolik itu, menurut Ernst Cassirer dalam An Essay of Man, adalah agama, filsafat, seni, ilmu, sejarah, mitos, dan bahasa.
Menurut Koentjaraningrat, budaya di dalam masyarakat dapat dibagi menjadi tiga aspek yaitu mentifak, sosiofak, dan artefak. Mentifak berkaitan dengan pemikiran dan falsafah dasar kebudayaan, sosiofak berkaitan dengan perilaku sosial dan penerapan nyata mentifak dalam kehidupan, dan artefak merupakan hasil nyata dari sebuah kebudayaan yang dapat berupa barang, tarian, teks, atau lagu. Ketiga aspek dari budaya berkaitan antara satu lainnya dan membentuk sebuah kesatuan budaya karena penggunaan dan pembuatan artefak membutuhkan sebuah sosiofak tertentu dengan landasan mentifak masyarakat tersebut. Maka, dapat disimpulkan bahwa pelestarian budaya hanya dapat dilakukan dengan melestarikan proses produksi dan konsumsi simbol di dalam masyarakat melalui pelestarian aspek-aspek pembentuk budaya di dalam masyarakat.

Tuesday, 26 July 2011

To What Extent Did The Successes And Failures Of Black African Nationalism In The 20th Century Depend More On Internal African Issues Than On Global Politics.


By: Mirza Adrian N.P

The dynamic between internal and external issues created circumstances where Black African Nationalism could succeed. Internally, Black Africans had created a volatile condition that could only be solved through decolonization and majority rule. This rebellion attracted the attention of the world who, by 1945, had agreed that freedom and democracy had to be established to keep the peace of the world. Externally, the global economy along with the ongoing Cold War made the success of Black African Nationalism possible. These in turn pressurised the White Settlers to give Black Africans majority rule. However, in some cases neo-colonialism and Cold War sectarianism hindered the development of Black Nationalism. The complexity of interaction between internal and external forces shaped Black Nationalism and dictated its successes or failures.

Wednesday, 20 July 2011

Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Di Indonesia: Sebuah Tinjauan Singkat

Oleh: Mirza Adrian
Pendahuluan
Tidak dapat diragukan lagi, andil UMKM dalam perekenomian nasional sangatlah besar. Di tahun 2009, berdasarkan data Kementrian KUKM, UMKM merupakan 99,99% pelaku ekonomi nasional yang menyerap 97,30% tenaga kerja di Indonesia, dan menyumbang PDB atas dasar harga berlaku sebesar 56,53%[1]. Selain itu, UMKM juga mempunyai ketahanan terhadap resesi ekonomi global karena UMKM tidak terekspos dengan perekonomian global; memproduksi barang kebutuhan sehari-hari daripada barang mewah; bersifat lokal dalam produksi dan pemasaran; dan UMKM, pada umumnya, lebih adaptif dan tidak dibebani oleh biaya administrasi yang mahal (Hill 2001, Manikmas 2003). UMKM juga memiliki beberapa keunggulan dibandingkan usaha besar yaitu inovasi yang mudah terjadi dalam pengembangan produk, kemampuan menyerap tenaga kerja cukup banyak, fleksibilitas dan adaptasi terhadap perubahan pasar yang cepat  lebih baik dibandingkan usaha besar. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pengembangan UMKM meningkatkan ketahanan ekonomi Indonesia di era globalisasi sekarang ini.
Namun, pengembangan UMKM di Indonesia belum terjadi secara maksimal karena berbagai kendala. Dari berbagai studi[2], dapat disimpulkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi perkembangan UMKM adalah permodalan, pemasaran, kebijakan pemerintah, dan sistem produksi yang dijalankan. Empat faktor tersebut saling berkaitan dalam pengaruhnya ke perkembangan UMKM di Indonesia. Permodalan berhubungan erat dengan institusi perbankan di Indonesia yang memberikan pinjaman kepada pelaku UMKM. Pemasaran berhubungan dengan permintaan produk UMKM dan persaingannya dengan produk-produk luar negeri dan usaha besar. Pasar bebas dengan berbagai negara yang baru disepakati pemerintah Indonesia mempunyai dampak yang besar terhadap produk UMKM. Sistem produksi berkaitan dengan teknologi, tenaga kerja, dan rantai suplai bahan baku dan produk UMKM. Kebijakan pemerintah berkaitan erat dengan produk hukum yang mengatur sistem ekonomi di Indonesia. Masing-masing faktor di atas memberikan kesempatan dan ancaman tersendiri terhadap perkembangan UMKM di Indonesia. Tulisan ini akan membahas, dari faktor-faktor di atas, faktor apa yang paling berpengaruh terhadap perkembangan UMKM dan langkah apa yang bisa dilakukan untuk mengembangkan UMKM di Indonesia.

Monday, 11 July 2011

Teknologi Informasi Sebagai Solusi Permasalahan Distribusi dan Pemasaran Barang Hasil KUMKM Di Indonesia.


Belajar dari sejarah, negara kita mempunyai kemampuan bertahan yang sangat besar di saat krisis. Di saat krisis moneter melanda dunia di tahun 2008 kemarin, banyak negara yang mengalami depresi ekonomi tetapi dampaknya tidak terlalu terasa di Indonesia. Apa yang membedakan Indonesia dengan negara lain di dunia? Jawabannya adalah ekonomi Indonesia tidak terbangun atas jejaring perusahaan global melainkan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (KUMKM ). Di tahun 2009, berdasarkan data Kementrian KUMKM , UMKM merupakan 99,99% pelaku ekonomi nasional yang menyerap 97,30% tenaga kerja di Indonesia, dan menyumbang PDB atas dasar harga berlaku sebesar 56,53%. Pada saat krisis ekonomi melanda Indonesia, sektor KUMKM  dan infomal mampu bertahan menghadapi krismon tersebut dan bahkan ikut menyumbangkan dalam pertumbuhan ekonomi sehingga pengembangan KUMKM di Indonesia sangatlah penting untuk ketahanan dan kemandirian ekonomi nasional.
KUMKM  memiliki beberapa keunggulan dibandingkan usaha besar yaitu: Inovasi yang telah mudah terjadi dalam pengembangan produk, kemampuan menyerap tenaga kerja cukup banyak, fleksibilitas dan adaptasi terhadap perubahan pasar yang cepat  lebih baik dibandingkan usaha besar. (Partomo, T.S. 2004) Dilihat dari keunggulannya, kita dapat menarik suatu kesimpulan bahwa membangun KUMKM  adalah cara yang terbaik untuk membangun perekonomian nasional karena pembangunan KUMKM  mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah dan mengembangkan perekonomian nasional yang lebih tangguh dan berdaya saing. Namun pengembangan KUMKM  bukan tanpa kendala.

Monday, 6 June 2011

Cerpen: Balada Terbunuhnya Atmo Karpo

Oleh: Mirza Adrian NP

Malam. Hening akan terdengar ganjil malam ini karena semesta sedang riuh ricuh menyaksikan drama kematian seorang manusia. Daun dan alang-alang berdesakan maju mencari tempat menonton, sementara angin sengaja terbang mengikuti sang Ajal, menunggu saat yang paling dinantikan. Tak ada awan, tak ada bintang. Langit bagaikan tirai hitam yang ditutup sebagai pertanda babak drama telah usai. Segalanya kelam kecuali purnama yang menjadi lampu sorot. Dengan kilaunya yang terang, disorotinya lakon utama malam itu. Sebuah lakon tentang kematian manusia yang diawali dengan pacuan seorang penunggang kuda yang berbasuh darah dan keringat di sekujur tubuhnya.
Di bawah sana, seekor kuda sedang melaju kencang seakan sedang menebah perut bumi dengan kuku-kuku besinya. Di punggung kuda itu, lutut sang penunggang mengepit kuat-kuat, menahan badannya yang sudah terhuyung ke kanan dan kiri. Dengan pedang berlumuran darah dan luka di sekujur tubuh, si penunggang kuda ini melesat kencang dalam malam yang terang. Tergesa-gesa ia karena hidup dan matinya dipertaruhkan pada laju kudanya.
“Bedebah!” Ucapnya saat melihat ke belakang.
Di belakangnya, menderu segenap pasukan kerajaan mengejar penjahat yang diburu. Dengan terampil, mereka terbangkan anak panah dari atas punggung kuda ke arah langit. Mendadak langit menjadi hitam dan sesaat setelahnya hujan besi tajam turun deras. Sang penjahat berusaha menghindar dari hujan panah dan segera mempercepat pacu langkah kudanya. Tapi sia-sia, tiga anak panah menusuk badannya. Ia pun terguling, jatuh dari kudanya.

Cerpen: Maria

Oleh: Mirza Adrian NP


“Ceritakan pada kami kisah tentang kasih sayang” Kata seseorang kepada juru cerita. Maka juru cerita itu menceritakan kisah Maria, pelacur yang terselamatkan:
Jakarta, Di depan sebuah rumah bordil di daerah Hayam Wuruk. Siang itu, Maria diusir dari rumah bordil oleh sang germo. Parasnya sudah tidak cantik, tubuhnya pun sudah tidak sintal. Tak ada lagi yang mau menggunakan tubuhnya. Maria hanya menjadi beban di rumah bordil itu. Dan siang itu dia diusir dari rumah bordil tanpa membawa koper atau barang – tak ada lagi yang ia miliki selain badannya sendiri.
Jam dua belas siang hari, matahari terik di tengah langit – Tak ada angin; tak ada awan. Siang hari di Jakarta adalah waktunya kekejaman dan kesibukan. Waktu manusia menjadi serigala bagi satu lainnya. Waktu untuk kepentingan dan pekerjaan yang memaksa manusia berjuang setiap hari. Dan siang itu, di Jakarta, Maria berjalan menyusuri Pasar Glodok, menembus keramaian orang yang terlalu sibuk untuk memperhatikannya. Siang itu, Matahari menerik dan membakar badannya yang demam. Bibirnya kering kekurangan air dan matanya merah karena debu Ibukota. Maria merasakan cengkraman maut sudah dekat dan Maria berjalan ke sebuah klinik untuk mengharap pertolongan dokter. Dia pergi ke sebuah klinik di pinggir jalan. Saat Maria masuk, semua orang menengok ke arahnya dan menutup hidung mereka dengan reflex. Melihat itu, dihujatnya semua orang, mereka terdiam. Untuk mencegah keributan juru rawat lekas menarik Maria menuju ruang dokter.

Sunday, 5 June 2011

How Far Was the Formation of Boedi Oetomo Mark the Beginning of Nationalism in Indonesia?

Mirza Adrian
Every 20th May the people of Indonesia celebrate the National Awakening Day to commemorate the formation of an organisation called Boedi Oetomo in 1908. They commemorate this event because they feel that Boedi Oetomo is the first nationalist organisation in Indonesia and its formation will eventually lead to Indonesian independence in 1945. But is this notion correct? Some people argue that this is correct because Boedi Oetomo was the one of the first organisation that was formed by Indonesian during Dutch colonial rule and its formation will inspire others to form organisations that demand the independence of Indonesia. However, others argue that this was not a nationalist organisation because of its elitist nature and its small span in term of memberships. Although its nationalistic nature is questionable, Boedi Oetomo was the first Indonesian organisation that demands for ending of the suffering of Indonesians that was caused by the colonial government.
Nationalism is a hard term to define. Its elusive nature makes it difficult to analyze when nationalism emerge within a nation. Generally, nationalism can be defined as a feeling of common identity of people within a nation regardless of tribes, religions, or any other local identity. This common identity may be caused by a shared history, culture or language. Indonesia as a nation is united by a common history: Dutch colonialism. The region of Indonesia today is the region that was colonized by the Dutch. The main aim of nationalists is the welfare of their nation; they demand for independence, self-determination, and sovereignty to develop their nation and rid alien rule over their nation. A nationalistic movement, therefore, is a movement that covers the whole of a nation and fight for the welfare of that nation by demanding for independence and self-determination.

Bagaimana Perubahan Budaya Masyarakat Di Yogyakarta Berpengaruh Pada Otoritas Kesultanan Yogyakarta


Oleh: Mirza Adrian NP
Pendahuluan
Di dalam RUU Keistimewaan Daerah Yogyakarta yang marak dibicarakan di media massa baru-baru ini, terdapat sebuah kalimat di bagian penjelasan yang menyatakan bahwa “masyarakat Yogyakarta kini memasuki sebuah fase baru yang ditandai oleh munculnya masyarakat berwajah ganda (dual faces society). Di satu sisi, masyarakat tersusun secara hierarkhis mengikuti pola hubungan patron-client di masa lalu, di sisi yang lain, memiliki corak horizontal yang kuat.” Hal ini menyebabkan bergesernya otoritas kesultanan Yogyakarta dari yang tadinya memiliki otoritas politik, menjadi sebuah badan yang hanya memiliki otoritas budaya dan menjadi ciri khas keistimewaan Provinsi DI Yogyakarta. Akan tetapi, kebenaran dari pernyataan ini masih bisa dipertanyakan.
Apakah perubahan masyarakat di Yogyakarta mempengaruhi otoritas Kesultanan dalam masyarakat Yogyakarta? Di satu sisi, kita tidak bisa memungkiri bahwa perubahan budaya karena globalisasi, modernisasi, dan bahkan nasionalisme telah menggeser posisi Keraton menjadi sekedar penjaga nilai dan budaya masyarakat Yogyakarta. Namun di sisi lain, dapat dilihat bahwa Keraton Yogyakarta tetap mempunyai pengaruh dan otoritas dalam masyarakat Yogyakarta sehingga Keraton masih mempunyai kemampuan untuk menjaga ketertiban masyarakat Yogyakarta melalui hukum dan peraturan karena kedudukannya sebagai pemegang lembaga eksekutif daerah. Esai ini mencoba untuk menelaah bagaimana perubahan masyarakat Yogyakarta mempengaruhi posisi keraton sebagai sumber otoritas di dalam masyarakat itu sendiri.

Monday, 30 May 2011

Insinyur

Mirza Adrian NP
Pada awalnya Tuhan menciptakan dunia dalam kegelapan.
Lalu Ia ciptakan Insinyur dan teranglah dunia.

Kepadanya kami bergantung,
Dan kepadanya alam tunduk.
Karena dialah yang mampu membuat dan menghancurkan,
Karena dialah yang merancang dan merekayasa.

Makanan yang kami telan hari ini,
dan minuman yang menghilangkan dahaga kami
adalah hasil rekayasanya.

Pakaian yang selalu menempel di badan kami,
dan rumah yang selalu melindungi kami
adalah ciptaannya.

Tak lupa kami panjatkan puji dan syukur atas semua teknologi
yang telah ia wujudkan untuk memudahkan hidup kami.
Mulai dari mobil, telepon genggam, hingga komputer
yang telah menjadi vital bagi hidup kami.

Maka kami lantunkan dengan hikmat mazmur
Atas berkah yang ia berikan pada kami hari ini.
Karena kepadanya kami bergantung
Dan kepadanya alam tunduk.

Proyeksi

Membaca blog seorang teman, saya teringat akan sebuah buku Pengantar Psikologi Freud. Ada suatu hal yang menarik saat saya membaca buku Freud. Di dalam buku ini dijelaskan bahwa psikologi sesorang terbagi atas tiga hal: Id, Ego, dan Super-Ego. Id dijelaskan sebagai anak kecil yang selalu merengek dan meminta. Super-Ego adalah orang tua mahabijaksana yang mengatur moral dan norma seseorang. Sementara Ego adalah penengah keduanya, dia adalah orang dewasa yang rasional yang selalu mencoba untuk mengatur dan memuaskan Id dan Super Ego secara bersamaan. Id dan Super-Ego adalah dua hal yang sifatnya berlawanan yang hanya berinteraksi melalui Ego. Sehingga, pertentangan batin antara Id dan Super-Ego akan selalu membebani Ego dan bisa menyebabkan konflik batin di dalam diri seseorang. Oleh karena itu, Ego dalam keberjalanannya mempunyai mekanisme pertahanan diri untuk meredakan ketegangan dalam diri seseorang. Mekanisme itu adalah Represi, Proyeksi, dan Menahan Perkembangan.

Salah satu bentuk pertahanan diri yang menurut saya paling menarik adalah Proyeksi. Proyeksi adalah mekanisme pertahanan diri Ego yang bekerja dengan cara melimpahkan kecemasan akibat pertentangan batin ke dunia luar. Tujuannya adalah merubah kecemasan neurotis menjadi kecemasan objektif. Dengan cara ini, Ego merubah bahaya dari Id dan Super-Ego yang sulit untuk dihadapi menjadi bahaya dari luar yang lebih mudah untuk dihadapi. Singkatnya, Ego menyalahkan dunia luar (kondisi atau orang lain) untuk membenarkan kesalahan kita sendiri sehingga kita tidak merasa bersalah. Contohnya ketika kita gagal saat ujian, kita menyalahkan soal yang terlalu sulit, bukan kita yang kurang belajar. Dalam kasus ini, Ego kita membentuk suatu solusi untuk memuaskan Super-Ego yang menyalahkan kita karena kurang rajin dan Id yang menuntut kepuasan mendapatkan nilai bagus dengan cara melimpahkan kesalahan pada soal ujian. Bukan kita yang kurang rajin belajar, tapi soal yang terlalu susah sehingga nilai yang baik tidak bisa kita dapatkan. Proyeksi juga bisa dilakukan dengan cara menganggap orang lain berbuat hal yang sama. Contohnya ketika kita mencontek, kita memaafkan diri kita dengan alasan semua orang juga mencontek. Proyeksi seperti ini mengakui kesalahan tetapi mengurangi kecemasan dengan cara melimpahkan kesalahan kepada lingkungan. Dengan mekanisme proyeksi,  Ego dapat meredakan kecemasan dari vonis bersalah dari Super-Ego dan rengekan Id untuk mencapai kepuasan dengan menyalahkan kondisi atau orang lain.

Uniknya, menurut buku yang saya baca, proyeksi adalah perkembangan yang wajar pada manusia karena kita dididik untuk mencari sebab-sebab dari perbuatan kita (Rasionalisasi) dan dicegah untuk menyelidiki motif kita sendiri (Introspeksi). Proyeksi juga dapat mencegah datangnya hukuman dengan menciptakan alasan-alasan atau alibi. Dalam hidup kita, kita diberikan hadiah, baik moral maupun materi, untuk memalsukan kebenaran dan menyalahkan orang lain.

Di blog teman saya ini, saya merasa dia banyak menyalahkan kondisi dan orang lain untuk kesalahan yang, menurut saya, adalah kesalahan dirinya sendiri. Dari kesehariannya pun terlihat dia  sangat yakin bahwa dirinya benar dan orang lain salah meskipun realitanya adalah dirinya salah dan orang lain hanya melihat. Saya kemudian berpikir, sepertinya saya juga melakukan hal yang sama. Dan mulai berpikir bahwa mungkin semua hal yang jelek di dunia ini adalah kesalahan saya, bukan orang lain atau kondisi. Sehingga yang harus diubah adalah saya, bukan orang lain. Mungkin ini yang dirasakan para perajam yang mengurungkan niat mereka untuk merajam seorang pelacur karena ada seorang bijak yang berkata "Barang siapa yang tidak memiliki dosa, silahkan lempar batu yang pertama".

Hmm... Just a thought. #NP Michael Jackson - Man In The Mirror.