Tulisan ini disajikan dalam Forum Kebudayaan Indonesia di ITB. Tulisan ini lebih merupakan ringkasan buku yang ditulis oleh Andrew Weintraub berjudul Dangdut Stories: A Social and Musical History of Indonesia's Most Popular Music yang kemudian diterjemahkan menjadi Dangdut: Musik, ldentitas, dan Budaya Indonesia oleh Arif Bagus Prasetyo dan diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia.
Oleh: Mirza Adrian NP
Banyak
orang yang berkata bahwa dangdut adalah musik yang tidak pantas untuk dikaji,
bahkan mendengarkan musik dangdut di kelas social tertentu adalah tindakan yang
memalukan. Dangdut selalu dipandang sebagai musik yang kacangan, katro, norak, kampungan, ndeso, dan selalu dipandang
sebelah mata oleh kelas menengah ke atas dalam posisinya sebagai musik populer
Indonesia. Namun, Dangdut, sebagai sebuah musik populer yang mampu menembus
berbagai macam lapisan masyarakat, bisa menjadi sebuah prisma yang berguna
untuk melihat kondisi masyarakat kita, melebihi musik pop, rock, atau jazz.
Sehingga, kajian mengenai dangdut pada dasarnya adalah sebuah upaya untuk
melihat paradigma masyarakat Indonesia secara mendalam dari sudut pandang yang
lebih santai. Tulisan ini akan menjabarkan cerita perkembangan Dangdut yang
diambil dari buku Andrew Weintraub berjudul Dangdut:
Musik, ldentitas, dan Budaya Indonesia dan akhirnya mencoba untuk mejawab
pertanyaan: Di era sekarang ini, dimana pilihan musik hampir tanpa batas,
apakah dangdut masih relevan untuk dikaji?